Borobudur (1)

Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, telah menjadi ikon penting Indonesia. Tak hanya sebagai pusat perayaan keagamaan umat Buddha, yakni Waisak,  Borobudur merupakan pusat kunjungan dan wisata warga Indonesia serta internasional.

20191223_143443
Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tanggal 23 Desember 2019. (A Tomy Trinugroho)

Pada liburan Natal kali ini, kami sekeluarga, seperti biasanya, pergi ke Yogyakarta, tempat orangtua isteri tinggal. Salah satu agenda yang kami siapkan ialah mengunjungi Candi Borobudur di Kabupaten Magleang, JawaTengah.

Borobudur telah menjadi ikon penting Indonesia. Tak hanya sebagai pusat perayaan keagamaan umat Buddha, yakni Waisak,  Candi Borobudur merupakan pusat kunjungan dan wisata warga Indonesia maupun internasional.

20191223_142559
Pengunjung berpose di salah satu pintu masuk Candi Borobudur, tanggal 23 Desember 2019. (A Tomy Trinugroho)

Candi Borobudur, yang terletak  di kawasan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, didirikan pada tahun 800-an atau pada abad ke-9 di era kekuasaan Dinasti Syailendra. Denah candi berbentuk persegi panjang dengan ukuran sisi-sisinya masing-masing 121,66 meter dan 121,38 meter.

Tinggi Candi Borobudur mencapai 35,4 meter yang meliputi enam teras dengan denah berbentuk persegi serta tiga teras teratas yang denahnya berbentuk lingkaran. Ada empat pintu di Borobudur, dengan pintu di sisi timur sebagai yang utama.

20191223_142745
Sisi Utara Candi Borobudur, tanggal 23 Desember 2019. Arca Buddha memperlihatkan sikap tangan Abhayamudra. (A Tomy Trinugroho)

Dalam buku Kunci Induk untuk Membaca Simbolisme Borobudur (Hudaya Kandahjaya, 1995), diungkapkan bahwa Candi Borobudur pada intinya merupakan sistem simbol yang mengandung unsur-unsur ajaran Buddha sebagaimana terdapat dalam berbagai kitabnya. Dengan kata lain, apa yang tersaji di keseluruhan bangunan Candi Borobudur, mulai dari jumlah tingkat, jumlah stupa, jumlah patung Buddha, hingga perletakan tangan arca Buddha, dan sebagainya, mengandung simbol yang berakar pada ajaran Buddha. Karena itu, untuk memahami Borobudur, penting kiranya mengetahui sejumlah prinsip yang terdapat pada Buddhisme.

Pengaruh internasional

Hudaya Kandahjaya menyebutkan bahwa pada periode sebelum hingga sesudah pembangunan Candi Borobudur, masyarakat Jawa mendapat pengaruh dari pusat-pusat pengembangan agama Buddha di India, Sri Lanka, serta China. “…kedatangan para bhikshu dari berbagai negara ke Jawa dan juga hadirnya beberapa kitab suci istimewa agama Buddha, misalnya, Mahavairocana, Vajrasekhara, dan Gandavyuha Sutra, yang diketahui atau dipahatkan di Borobudur, mestinya dapat menerangkan warisan agama Buddha khas Jawa, dan karenanya keberadaan Borobudur di Jawa,” tulis Hudaya.

Hudaya menyatakan, untuk lebih memahami rancangan Borobudur, dirinya memusatkan perhatian pada dua tokoh, yaitu Vajrabodhi serta Amoghavajra. Keduanya mendarat di Jawa menjelang atau sekitar waktu pembangunan Candi Borobudur.

20191223_151758
Salah satu panel relief di tingkat pertama Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tanggal 23 Desember 2019. (A Tomy Trinugroho)

Adapun kitab atau karya literatur yang menjadi pusat perhatian Hudaya dalam risetnya mengenai rancangan Borobudur ialah Avatamsaka, Mahavairocana, serta Vajrasekhara Sutra. Ketiganya menjadi karya puncak di era pembangunan Borobudur. Menurut dia, salah satu bagian penting dari Avatamsaka Sutra, yakni Gandavyuha, mendapat porsi terbesar pada relief-relief yang ditampilkan di Borobudur.   (Bersambung)